SEBUAH TELADAN TARBIYAH DALAM ARKANUL BAI’AH
Arkanul bai’ah yang dimaksud disini adalah rukun-rukun bai’at yang dikumpulkan oleh Imam Hasan Al-Banna rahimahullah kepada mujahidin dari Ikhwanul Muslimin, yang tercantum dalam risalah ta’lim (Pengajaran). Adapun sebelum kita memahami tentang isi dari baiat ini sebenarnya kita harus menempatkannya pada bingkai yang benar. Bai’at yang dimaksud disini bukanlah baiat kepada seorang imamah ‘uzhma pemimpin kaum muslimin atau khalifah, namun ia adalah baiat untuk beramal. Ia adalah termasuk pada bai’at khusus bukan bai’at umum yang diberikan ahlul halli wal ‘aqdhi kepada seorang imam utama kaum muslimin, dimana baiat yang terakhir ini menuntut syarat konsensus dari ummat islam. Sa’id Hawwa dalam di afaqit ta’lim (diterjemahkan menjadi membina angkatan mujahid) mengatakan bai’at ini seperti bai’at kepada guru. Sebagaimana Imam Hasan Al-Banna sendiri yang mengatakan dalam pembukaan risalahnya “Ini adalah risalahku untuk mujahidin dari kalangan ikhwanul muslimin”. Sehingga tidaklah tepat jika kita mengaitkan baiat ini dengan konteks hadits-hadits yang berisi konsekuensi bai’at terhadap imamah ‘uzhma, dengan demikian maka orang yang tidak berbaiat kepada pimpinan jamaah dakwah bukanlah orang yang kafir. Hal ini tersirat dalam pernyataan mursyid ‘aam ke dua ikhwan Hasan Al-Hudaibi rahimahullah ketika memecat lima orang anggota hai’ah ta’sisiyyah (dewan pendiri, termasuk syaikh Muhammad Al-Ghazali rahimahullah) “Bisa jadi mereka lebih mulia dari kita di mata Allah, namun mereka dikeluarkan semata-mata karena masalah organisasi”.
Apalagi mengenakan hadits apabila keluar dari bai’at terhadap jamaah dakwah berarti mati jahiliyah lantas memvonis orang yang melakukan hal tersebut kafir, padahal mati jahiliyah di sini memiliki pembahasan tersendiri, bahkan dalam konteks baiat kepada imamah ‘uzhma. Dalam Fathul Baary, Ibnu Hajar memberikan komentar tentang pengertian “Miitatan Jahiliyyatan” bahwa yang dimaksud dengan kalimat tersebut adalah sebagai berikut:
”Yang dimaksud dengan mati Jahilyyah dengan bacaan mim kasroh Miitatan bukan Maitatan adalah keadaan matinya seperti kematian di jaman Jahiliyyah dalam keadaan sesat tiada imam yang ditaati karena mereka tidak mengetahui hal itu. Dan bukan yang dimaksud itu ialah mati kafir tetapi mati dalam keadaan durhaka” (Fathul Baary 7/13)
”Yang dimaksud dengan mati Jahilyyah dengan bacaan mim kasroh Miitatan bukan Maitatan adalah keadaan matinya seperti kematian di jaman Jahiliyyah dalam keadaan sesat tiada imam yang ditaati karena mereka tidak mengetahui hal itu. Dan bukan yang dimaksud itu ialah mati kafir tetapi mati dalam keadaan durhaka” (Fathul Baary 7/13)
Imam al-Qodhy ‘Iyadh berkata: Yang dimaksud dengan sabda Rasulullah SAW: Barang siap yang keluar dari ketaatan imam dan meninggalkan jama’ah maka ia mati miittan jahiliyyatan adalah dengan mengkasroh mim miitatan yaitu seperti orang yang mati di jaman Jahiliyyah karena mereka ada dalam kesesatan dan tidak melaksanakan ketaatan kepada seorang imam pun.(Ikmaalul Mu’allim bi Fawaaidi Muslim (syarah shohih Muslim) 6/258)
Arkanul Bai’ah merupakan sebahagian dari risalah Imam Syahid Hasan Al Banna yang bertajuk Risalah Ta’alim Wal Usar. Risalah ini dimunculkan oleh Imam Hasan Al Banna ditengah-tengah perpecahan yang terjadi dalam gerakan-gerakan Ishlah (reformasi) kembali untuk menyatukan semua kaum Muslimin. Setelah Kekhalifahan Turki Ustmani runtuh pada tahun 1924 M muncullah banyak gerakan penyedaran untuk kembali memperbaiki keadaan Umat Islam.
Gerakan-gerakan ini mempunyai beberapa ciri :
1. Cenderung mengambil gerakan yang parsial, iaitu terlalu mengutamakan pada satu aspek perbaikan saja. Ada yang hanya mementingkan aspek aqidah saja, ada yang hanya memfokuskan pada aspek ekonomi dan sosial saja, ada yang memfokuskan pada pembentukan tokoh saja kerana mereka menganggap umat saat sekarang ini kehilangan tokoh. Bahkan ada yang hanya memfokuskan pada aspek politik saja.
2. Antara pelbagai kelompok ini sering tidak akur dan saling menjatuhkan antara satu dengan lainnya. Sehingga perubahan itu tidak kunjung menemukan titik temu yang satu dan kekuatan umat begitu rapuh.
Didasari oleh realiti inilah maka Imam Syahid Hasan Al Banna memformulasikan kerangka berfikir untuk menyatukan semua gerakan penyedaran umat ini untuk saling bekerjasama dengan semangat kecintaan, kasih sayang dan bantu membantu.
Risalah ini ditulis Imam Syahid pada tahun 1943 M. risalah ini termasuk risalah yang terpenting yang ditulis oleh beliau. Bahkan Ustaz Abdul Halim Mahmud menganggapnya sebagai puncak dan intisari dari semua risalah yang beliau tulis.
Lantas bagaimana kita memposisikan arkanul baiah ini. Bukan berarti tidak ada ketaatan atau perihal yang mengikat dalam baiat untuk beramal ini, karena pada dasarnya ia adalah janji dan amanah yang harus ditepati oleh orang-orang yang beriman. Dan inilah keistimewaan dari arkanul bai’ah yang disusun oleh imam Hasan Al-Banna, bahwa yang mengikat bai’at seorang al-akh dengan pemahaman (al fahmu), sehingga komitmen yang dihasilkan begitu kuat karena pemahaman al-akh dengan nilai yang dibawa oleh dakwah ini, sehingga idealnya seorang al-akh harus memahami dulu fikrah islamiyyah as-samimah (fikrah islami yang bersih) yang tercantum dalam ushul isyrin yang merupakan bagian pokok dari rukun al-fahmu ini, dan menempatkannya dalam pemahaman yang benar pula sesuai dengan pemahaman salafus-shalih ridwanullah ‘alaihim dan tidak bertentangan dengan al-quran dan sunnah. Dengan pemahaman inilah al-akh yang berbaiat memilih dan menempatkan komitmennya, sehingga ia percaya bahwa ia berada pada jalan yang benar.
Adapun rincian singkat rukun-rukun berikutnya adalah :
1. Al Fahm: memahami agama Islam dengan benar dan komprehensif.
2. Al Ikhlas: Ikhlas kerana Allah dalam beramal untuk Agama
3. Al ‘Amal: beramal demi agama ini dengan memperbaiki diri sendiri, rumah tangga Muslim, masyarakat, pemerintahan dan seterusnya.
4. Al Jihad: jihad fi sabilillah dengan pelbagai tingkat dan variasinya.
5. At Tadhliyyah: berkorban waktu, kesungguhan, harta, dan jiwa demi agama
6. At Tha’ah: Mentaati Allah dan Rasulnya, baik dalam keadaan susah atau mudah, senang mahupun benci.
7. Ats Tsabat: memegang teguh agama, baik dari sisi aqidah, syari’ah, mahupun perbuatan, sekalipun harus memakan waktu yang panjang untuk sampai pada tujuan.
8. At Tajarrud: membersihkan diri dari pemikiran yang bertentangan dengan pemikiran Islam dan dari setiap manusia atau rakan yang memisahkan antara seorang Muslim dengan loyalitinya kepada agamanya.
9. Al Ukhuwwah: persaudaraan dalam agama, kerana persaudaraan merupakan saudara kesatuan dan terapi bagi keterpurukan dan kehancuran, sedangkan perpecahan merupakan saudara kekufuran.
10. At Tsiqah: Kemantapan hati dalam mengawal perbuatan demi Islam sesuai dengan kaedah Islam yang mengatakan,” tidak ada ketaatan dalam bermaksiat kepada Khalik.”
Ust. Aus hidayat Nur menggambarkan Arkanul baiat sebagai berikut :
Katakanlah, “Inilah jalanku, aku mengajak kalian kepada Allah dengan bashiroh, aku dan pengikut-pengikutku – mahasuci Allah, dan aku bukan termasuk orang-orang yang musyrik”.
Jalan dakwah panjang terbentang jauh ke depan. Duri dan batu terjal selalu mengganjal, lurah dan bukit menghadang. Ujungnya bukan di usia, bukan pula di dunia tetapi Cahaya Maha Cahaya, Syurga dan Ridha Allah Cinta adalah sumbernya, hati dan jiwa adalah rumahnya
Pergilah ke hati-hati manusia ajaklah ke jalan Rabbmu,nikmati perjalanannya, berdiskusilah dengan bahasa bijaksana Dan jika seseorang mendapat hidayah karenamu Itu lebih baik dari dunia dan segala isinya…
Pergilah ke hati-hati manusia ajaklah ke jalan Rabbmu
Jika engkau cinta maka dakwah adalah Faham
Mengerti tentang Islam, Risalah Anbiya dan warisan ulama
Hendaknya engkau fanatis dan bangga dengannya Seperti Mughirah bin Syu’bah di hadapan Rustum Panglima Kisra
Mengerti tentang Islam, Risalah Anbiya dan warisan ulama
Hendaknya engkau fanatis dan bangga dengannya Seperti Mughirah bin Syu’bah di hadapan Rustum Panglima Kisra
Jika engkau cinta maka dakwah adalah Ikhlas
Menghiasi hati, memotivasi jiwa untuk berkarya Seperti Kata Abul Anbiya, “Sesungguhnya sholatku ibadahku, hidupku dan matiku semata bagi Rabb semesta” Berikan hatimu untuk Dia, katakan “Allahu ghayatuna”
Menghiasi hati, memotivasi jiwa untuk berkarya Seperti Kata Abul Anbiya, “Sesungguhnya sholatku ibadahku, hidupku dan matiku semata bagi Rabb semesta” Berikan hatimu untuk Dia, katakan “Allahu ghayatuna”
Jika engkau cinta maka dakwah adalah Amal
Membangun kejayaan ummat kapan saja dimana saja berada yang bernilai adalah kerja bukan semata ilmu apalagi lamunan.
Sasarannya adalah perbaikan dan perubahan, al ishlah wa taghyir Dari diri pribadi, keluarga, masyarakat hingga negara Bangun aktifitas secara tertib tuk mencapai kejayaan
Membangun kejayaan ummat kapan saja dimana saja berada yang bernilai adalah kerja bukan semata ilmu apalagi lamunan.
Sasarannya adalah perbaikan dan perubahan, al ishlah wa taghyir Dari diri pribadi, keluarga, masyarakat hingga negara Bangun aktifitas secara tertib tuk mencapai kejayaan
Jika engkau cinta maka dakwah adalah Jihad
Sungguh-sungguh di medan perjuangan melawan kebatilan Tinggikan kalimat Allah rendahkan ocehan syaitan durjana Kerjakeras tak kenal lelah adalah rumusnya,
Tinggalkan kemalasan, lamban, dan berpangkutangan
Sungguh-sungguh di medan perjuangan melawan kebatilan Tinggikan kalimat Allah rendahkan ocehan syaitan durjana Kerjakeras tak kenal lelah adalah rumusnya,
Tinggalkan kemalasan, lamban, dan berpangkutangan
Jika engkau cinta maka dakwah adalah Taat
Kepada Allah dan Rasul, Alqur-an dan Sunnahnya serta orang-orang bertaqwa yang tertata Taat adalah wujud syukurmu kepada hidayah Allah karenanya nikmat akan bertambah melimpah penuh berkah
Kepada Allah dan Rasul, Alqur-an dan Sunnahnya serta orang-orang bertaqwa yang tertata Taat adalah wujud syukurmu kepada hidayah Allah karenanya nikmat akan bertambah melimpah penuh berkah
Jika engkau cinta maka dakwah adalah Tadhhiyah
Bukti kesetiaan dan kesiapan memberi, pantang meminta
Bersedialah banyak kehilangan dengan sedikit menerima Karena yang disisi Allah lebih mulia, sedang di sisimu fana belaka Sedangkan tiap tetes keringat berpahala lipat ganda
Bukti kesetiaan dan kesiapan memberi, pantang meminta
Bersedialah banyak kehilangan dengan sedikit menerima Karena yang disisi Allah lebih mulia, sedang di sisimu fana belaka Sedangkan tiap tetes keringat berpahala lipat ganda
Jika engkau cinta maka dakwah adalah Tsabat
Hati dan jiwa yang tegar walau banyak rintangan Buah dari sabar meniti jalan, teguh dalam barisan Istiqomah dalam perjuangan dengan kaki tak tergoyahkan Berjalan lempang jauh dari penyimpangan
Hati dan jiwa yang tegar walau banyak rintangan Buah dari sabar meniti jalan, teguh dalam barisan Istiqomah dalam perjuangan dengan kaki tak tergoyahkan Berjalan lempang jauh dari penyimpangan
Jika engkau cinta maka dakwah adalah Tajarrud
Ikhlas di setiap langkah menggapai satu tujuan Padukan seluruh potensimu libatkan dalam jalan ini, Engkau da’i sebelum apapun adanya engkau Dakwah tugas utamamu sedang lainnya hanya selingan
Ikhlas di setiap langkah menggapai satu tujuan Padukan seluruh potensimu libatkan dalam jalan ini, Engkau da’i sebelum apapun adanya engkau Dakwah tugas utamamu sedang lainnya hanya selingan
Jika engkau cinta maka dakwah adalah Tsiqoh
Kepercayaan yang dilandasi iman suci penuh keyakinan Kepada Allah, Rasul, Islam, Qiyadah dan Junudnya Hilangkan keraguan dan pastikan kejujurannya… Karena inilah kafilah kebenaran yang penuh berkah
Kepercayaan yang dilandasi iman suci penuh keyakinan Kepada Allah, Rasul, Islam, Qiyadah dan Junudnya Hilangkan keraguan dan pastikan kejujurannya… Karena inilah kafilah kebenaran yang penuh berkah
Jika engkau cinta maka dakwah adalah Ukhuwwah
Lekatnya ikatan hati berjalin dalam nilai-nilai persaudaraan Bersaudaralah dengan muslimin sedunia, utamanya mukmin mujahidin Lapang dada merupakan syarat terendahnya , itsar bentuk tertingginya Dan Allah yang mengetahui menghimpun hati-hati para da’i dalam cinta-Nya berjumpa karena taat kepada-Nya Melebur satu dalam dakwah ke jalan Allah, saling berjanji untuk menolong syariat-Nya
Lekatnya ikatan hati berjalin dalam nilai-nilai persaudaraan Bersaudaralah dengan muslimin sedunia, utamanya mukmin mujahidin Lapang dada merupakan syarat terendahnya , itsar bentuk tertingginya Dan Allah yang mengetahui menghimpun hati-hati para da’i dalam cinta-Nya berjumpa karena taat kepada-Nya Melebur satu dalam dakwah ke jalan Allah, saling berjanji untuk menolong syariat-Nya
Al-Ikhlas, yaitu mengikhlaskan niat hanya kepada Allah saja. ‘Amal yang didasari pemahaman dan keikhlasan, dalam rukun ini disebutkan maratibul ‘amal (tata urutan amal) mulai dari pembentukan pribadi muslim hingga ustadziyatul ‘alam. Jihad dengan tingkatan-tingkatannya. Tadhiyyah yaitu seorang al-akh harus siap untuk berkorban di jalan dakwah ini. Kemudian rukun taat, yaitu menunaikan perintah baik dalam keadaan sulit maupun bersemangat, dalam rukun ini dijelaskan tiga tahapan dakwah yaitu ta’rif, takwin dan tanfidz. Berikutnya yaitu rukun tsabat (teguh pendirian), yaitu teguh untuk beramal betapapun beratnya dan jauhnya masa yang harus dilalui. Rukun kedelapan yaitu tajarrud (totalitas), yaitu membersihkan pola pikir dari prinsip dan nilai lainnya, karena fikrah islam adalah fikrah yang paling tinggi dan sempurna. Kemudian yang berikutnya adalah rukun ukhuwwah, dimana ukhuwwah dimulai dari salamatush shadr (berprasangka baik) hingga pada tingkat itsar mendahulukan kepentingan saudaranya. Dan ditutup dengan rukun tsiqoh yaitu rasa percaya yang disebabkan kepuasan jundi kepada jajaran qa’idnya, dimana hal ini sebenarnya merupakan beban berat bagi qa’id karena untuk mewujudkan kepuasan tersebut ia harus membangun kredibilitas dan memperbaiki dirinya, disamping itu jundinya juga harus mengenal lebih jauh para qa’id mereka/
Ustadz Ihsan Tandjung membuat klasifikasi atas sepuluh rukun ini dengan membagi dua kelompok yaitu kelompok pertama adalah rukun al-fahmu yang terkait dengan lingkup pribadi, yang kedua adalah rukun ikhlas, amal, jihad, tadhiyyah, taat, tsabat, tajarrud, ukhuwwah, tsiqoh, yang mulai masuk pada lingkup interaksi di luar pribadi yaitu lingkup berjama’ah, dimana aspek dalam kehidupan berjamaah ini terkait erat dengan komitmen yang kuat, sedangkan pada lingkup pribadi didasari oleh pemahaman yang lengkap dan menyeluruh. Oleh karena itu Ustadz Ihsan Tandjung mengistilahkan kelompok pertama dengan Al-Fahmu Syamiil (pemahaman yang menyeluruh) dan yang kedua dengan iltizaamul kaamiil (komitmen yang sempurna).
Sumber: Dwiewulan's.htm, halaqahmuntijah@gmail.com.,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar